Hitam Bau Menahun Kali Lemahabang


Kebijakan.co.idLiputan Advokatif

Adi Fauzanto-19/09/2023 (23.00 WIB)-#2 Artikel.
LightDark
Kondisi Kali Lemahabang yang Tercemar

Terancamnya kesehatan warga di pinggiran kali yang menggunakan air tercemar, ditambah Pemerintah yang tidak tegas, dan perusahaan nakal ada di baliknya.

***

Baca Serial Liputannya Di Sini

Terancamnya Kesehatan Warga Kali Lemahabang


Kebijakan.co.id Liputan Advokatif

Adi Fauzanto-20/09/23 (17.00 WIB)-#18 Menit

Read in English Language Version

Kesehatan Warga Kabupaten Bekasi Terancam Pencemaran Kali Lemahabang

Terancamnya kesehatan warga di pinggiran kali yang menggunakan air tercemar, ditambah Pemerintah yang tidak tegas, dan perusahaan nakal ada di baliknya.

***

Bekasi, Kebijakan.co.id — Sore hari itu (12/09/2023) setelah bertemu dengan Andre, Petugas Operator Bendungan Kali Lemahabang, Jurnalis Kebijakan.co.id menyaksikan secara langsung, anak kecil mengusap wajah mukanya dengan air Kali Lemahabang yang hitam dan berbau tidak sedap, terlebih beberapa meter di depannya terdapat tumpukan sampah yang menumpuk terhalang jaring.

Terkait dengan anak-anak ini, juga dikonfirmasi oleh Pengawas Operator Bendungan di Kabupaten Bekasi –termasuk di dalamnya Kali Lemahabang— di bawah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Sahrudin kepada Kebijakan.co.id (15/09/2023), yang mengaku kasihan dengan kondisi anak-anak di sekitar, “Kami (pengelola bendungan) juga riskan (kasihan), apalagi ada anak-anak yang mandi, dengan kondisi air yang seperti ini.”

Selain itu juga dikonfirmasi oleh Peneliti Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Ikbal (Dr. Ir. M.Eng) kepada Kebijakan.co.id (11/09/2023), yang menjelaskan bahaya ikan atau binatang lainnya yang dikonsumsi dari sungai yang tercemar oleh masyarakat sekitar, “Terutama (kepada) anak kecil, yang daya tahan tubuhnya masih kurang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui, (mungkin) ibunya tahan (terhadap polutan) tapi anaknya tidak, karena polutan itu bisa tersimpan air susu.”

Selain anak kecil yang mengusap wajahnya dengan air yang tercemar, Jurnalis Kebijakan.co.id juga menyaksikan secara langsung air kali tersebut digunakan untuk menyuci pakaian dan mencuci alat makan yang umumnya dilakukan ibu-ibu.

Mereka adalah bagian dari masyarakat rentan, yang tinggal di desa-desa terdampak tercemarnya Kali Lemahabang. Jika dilihat secara geografis, Kali Lemahabang melintasi setidaknya 4 desa terdampak. Di antaranya, Desa Karangraharja, Desa Waluya, dan Desa Karangrahayu, ketiga desa ini termasuk dalam Kecamatan Cikarang Utara.

Sedangkan 1 desa lainnya berada di utara desa sebelumnya yang juga terdampak yaitu Desa Sukakarya, yang berada di Kecamatan Sukakarya.

Jika melihat Data Badan Pusat Statistik, di dua kecamatan tersebut terdapat kurang lebih (rata-rata) 89.000 anak berumur 0-19 tahun di Kecamatan Cikarang Utara dan 17.000 anak berumur 0-19 tahun di Kecamatan Sukakarya, anak-anak di dua kecamatan tersebut berpotensi terancam kesehatannya.

Tentu, ini dihitung dari masyarakat yang paling rentan terdampak, yaitu anak. Belum lagi orang tua (ibu dan bapak), termasuk lanjut usia, dan dewasa.

Terancam Kesehatan Masyarakat

Tercemarnya air yang buruk, berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Dilansir dari HelloSehat.com yang telah ditinjau Mikhael Yosia (dr. BMedSci, PGCert, DTM&H) beberapa penyakit yang diakibatkan dari air yang tercemar di antaranya: Diare, Demam Berdarah, Tifus, Kolera, Hepatitis A, Disentri, dan Infeksi Mata.

Beberapa pernyakit tersebut dikonfirmasi oleh Diah Satyani Saminarsih, Direktur Eksekutif CISDI (Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives) –sebuah lembaga riset yang berfokus pada pembangunan sektor kesehatan dan sistem kesehatan— kepada Kebijakan.co.id (11/09/2023).

Diah mengatakan, “Masyarakat yang terpapar air sungai tercemar bisa mengalami gatal-gatal, kolera, diare, skabies, tipes, demam, hingga hepatitis A.” Itu secara jangka pendek, secara jangka panjang menurutnya, “dapat memicu kerusakan sistem saraf, kanker, infeksi berulang pada anak dapat menghambat pertumbuhan anak dan berkontribusi pada stunting.”

Diah Satyani Saminarsih
Diah Satyani Saminarsih (Desman Mendrofa/Femina.co.id)

Dari beberapa penjelasan tersebut, terkonfirmasi melalui Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi pada tahun 2018 hingga 2022, yang menunjukan penyakit paling banyak diderita masyarakat Kabupaten Bekasi, dipengaruhi oleh lingkungan hidup yang buruk, di antaranya: Infeksi Pernafasan Atas Akut (ISPA), Diare, dan Penyakit Kulit.

Dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi juga tercatat bahwa penyakit diare didominasi oleh kasus yang menimpa balita dibandingkan semua umur. Data tersebut menunjukan bahwa balita merupakan individu paling rentan terdampak diare akibat lingkungan yang buruk.

Hal tersebut tentu ada sangkut pautnya dengan tercemarnya air yang digunakan masyarakat sehari-hari.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Alamsyah saat ditemui Kebijakan.co.id (11/09/2023), ketika ditanya terkait pencemaran limbah di Kali Lemahabang, ia sudah mengantisipasi peristiwa ini terkait dengan kebutuhan air masyarakat, “Ini kekeringan (secara umum tidak terjadi hujan) bagaimana penyakit yang bisa muncul kalo masyarakat mengkonsumsi air yang tidak sehat,”

Alamsyah mengatakan dalam hal ini Dinas Kesehatan melakukan, “Minggu yang lalu, di hari kamis, kami mengumpulkan petugas survei kesehatan dan petugas ISPA-Diare terkait dengan bagaimana edukasi sosialiasi terkait kekeringan, terkait dengan konsumsi air yang tidak layak,” ucap kepala dinas yang juga sebagai dokter tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
dr. Alamsyah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi (Yulianto/Warta Kota)

***

Secara umum, diare sendiri secara pengertian dikutip dari Hellosehat yang ditinjau Andreas Wilson (dr.), ialah gangguan pencernaan yang ditandai dengan buang air besar encer tiga kali atau lebih dalam sehari akibat keracunan makanan, infeksi virus, atau pencernaan yang sensitif.

Salah satu penyebabnya menurut Halodoc yang ditinjau oleh Rizal Fadli (dr.), Infeksi Escherichia Coli (E.Coli) atau Salmonella akibat makanan atau minuman yang tidak steril atau telah terkontaminasi.

Beberapa wabah E.Coli juga berkaitan dengan ketersediaan air yang terkontaminasi. Selain itu penyebab lainnya, terjadi di masyarakat yang tidak memiliki sanitasi air dan makanan memadai.

Beberapa faktor yang memperparah ialah terkait usia, bahwa anak kecil dan lanjut usia beresiko tinggi terkena penyakit akibat E.Coli.

Untuk menghindar dari bakteri E.Coli yang menyebabkan diare ini, masyarakat perlu mencuci tangan hingga bersih dengan menggunakan air bersih sebelum memasak, menyajikan, atau mengonsumsi makanan.

Selain itu masyarakat perlu memperhatikan alat masak dan alat makan, dengan menghindari alat yang kotor dengan mengupayakan memakai peralatan masak dan peralatan makan yang bersih. Lalu, dianjurkan masyarakat sering mencuci tangan terutama setelah berada di lingkungan publik yang kotor dan setelah keluar dari toilet.

Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, gejala diare sering terjadi pada anak-anak, terutama di daerah dengan sanitasi dan kebersihan yang buruk.

***

Penyakit diare tersebut diperparah dengan data Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tahun 2022 di desa-desa terdampak Kali Lemahabang.

Data tersebut menunjukan masih terdapat keluarga yang memiliki sanitasi yang buruk sebanyak 1419 keluarga. Ditambah masih terdapat kondisi pembuangan akhir masyarakat secara sembarangan, baik yang tertutup berjumlah 483 keluarga, dan yang terbuka 2117 keluarga.

Dalam hal ini diperlukan lagi jumlah tenaga lingkungan atau sanitarian kepada desa-desa terdampak. Kabar baiknya, jumlah sanitarian Kabupaten Bekasi secara keseluruhan meningkat dari tahun 2018 hingga tahun 2022.

Fasilitas dan Program Kesehatan

Dari jumlah kasus diare yang meningkat dari tahun ke tahun tersebut, juga perlu dilihat akses terhadap fasilitas kesehatan di sekitar desa terdampak.

Mulai dari puskesmas, klinik, bidan (kesehatan umum). Kebijakan.co.id mencari tahu akses masyarakat di desa terdampak terhadap jumlah fasilitas kesehatan dengan menggunakan data terbuka Google Maps.

Kebijakan.co.id menemukan ketimpangan akses yang terjadi di antara satu dengan lainnya, perlu diperhatikan pemerintah dan pihak-pihak pemerhati kesehatan. Dalam hal ini secara umum, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi juga memiliki data terkait fasilitas kesehatan di lingkup Kabupaten Bekasi.

***

Dari akses terhadap fasilitas kesehatan tersebut, selanjutnya diperlukan program khusus terkait dengan kebutuhan kesehatan masyarakat.

Menurut Diah Satyani Saminarsih, Direktur Eksekutif CISDI kepada Kebijakan.co.id (11/09/2023), mengatakan, “Puskesmas semestinya giat melakukan penyuluhan dan atau memberikan edukasi kepada masyarakat.” Selain itu menurutnya, “puskesmas juga rutin melakukan pemantauan dan pemeriksaan kualitas air bersih di wilayah kerjanya, serta bekerja sama dengan masyarakat mengkampanyekan pentingnya kesehatan lingkungan.”

Pemerintah dalam hal ini melalui Dinas Kesehatan, menurut Alamsyah kepada Kebijakan.co.id (11/09/2023) saat ditemui langsung menjelaskan, “Ini secara struktur ya, bahwa intervensi yang dilakukan Dinas Kesehatan itu (terhadap masalah lingkungan hidup).”

Di antaranya, pertama, sosialisasi dan edukasi terkait dengan kondisi air yang tidak sehat ketika terjadi kondisi kekeringan, “itu rutin dilakukan Puskesmas, di setiap minggon (rapat mingguan desa) desa maupun rapat mingguan kecamatan,” jelas Alamsyah. Lalu, mengumpulkan petugas kesehatan lingkungan untuk melakukan edukasi ke masyarakat.

Kedua, bekerjasama dan berkoordinasi antar lembaga pemerintah daerah dan lintas sektor yang lain untuk mengajak agar masyarakat menjaga lingkungan. Ketiga, mengadakan puskesmas keliling, untuk memeriksa kesehatan masyarakat secara langsung.

Namun dari ketiga hal tersebut Dinas Kesehatan menurut Alamsyah, hanya berfokus kepada individu baik pencegahan untuk tidak menggunakan air yang tercemar maupun tindakan kesehatan terhadap individu. Tidak sampai kepada limbahnya, “berbeda kewenangan (dengan DLH), akan tetapi tetap satu atap saling berkoordinasi,” ucap Alamsyah.

Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
Kantor Dinas Kesehatan Bekasi (Adi/Kebijakan.co.id)

Dalam hal ini perusahaan atau industri yang membuang limbah ke Kali Lemahabang juga perlu bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Menurut Diah Satyani Saminarsih, Direktur Eksekutif CISDI kepada Kebijakan.co.id (11/09/2023), “Sektor swasta dapat membantu dalam melakukan skrining kesehatan.”

Hal tersebut juga bisa dilakukan dalam menghitung kerugian warga akibat dari limbah yang ditimbulkan dengan biaya ke berobat ke rumah sakit, klinik, dan puskesmas. Seperti yang dilakukan WALHI Jawa Barat untuk menghitung valuasi ekonomi kerugian yang dialami masyarakat karena pencemaran limbah di anak Sungai Citarum, Sungai Cikijing.

“Kalau kami (WALHI Jawa Barat) sendiri pernah menghitung valuasi ekonomi dari pencemaran limbah industri (di Sungai Cikijing),” kata Meiki, Direktur Eksekutif WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Jawa Barat kepada Kebijakan.co.id (6/09/2023) .

Pendidikan Kesehatan Lingkungan

Langkah preventif lainnya yang dilakukan ialah dengan melakukan pendidikan lingkungan kepada masyarakat, khususnya kepada anak-anak.

Menurut Diah Satyani Saminarsih, Direktur Eksekutif CISDI kepada Kebijakan.co.id (11/09/2023), “Sebagai edukasi kepada masyarakat, pemerintah bisa mencoba menambahkan kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebagai pelajaran wajib sejak usia dini.”

Hal tersebut juga disetujui oleh Ghina Afifah, Pemerhati sekaligus Praktisi Pendidikan Lingkungan yang juga bergiat di Kader Hijau Muhammadiyah Komite Malang Raya, Ia menjelaskan kepada Kebijakan.co.id (07/09/2023), “Bisa dimasukan ke kurikulum mata pelajaran wajib.”

Ghina Afifah
Ghina Afifah (KHM Komite Malang Raya)

Ia mencontohkan dengan kondisi pendidikan di luar negeri, “Kalau di luar negeri (Australia), materi tentang lingkungan sudah masuk ke mata pelajaran geografi bahkan dari TK melalui praktek sederhana sehari-hari. Kalau untuk SD, salah satu yang dipelajari adalah tentang jejak karbon.”

Jika dilihat kembali ke Indonesia, menurut Ghina, “mungkin kalau mau dimasukan ke kurikulum (Indonesia) butuh waktu lama, jadi bisa dimulai lewat ekskul rutin setiap pekan.”

Untuk penerapan di Indonesia, menurut Shanta Rezkita dan Kristi dalam penelitiannya berjudul Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup Membentuk Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar (2018). Menurutnya, pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup dilaksanakan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian intrakulikuler serta ekstrakulikuler, ditambah program-program sekolah.

Selain itu tantangannya dari tenaga pendidik, menurut Ghina, “Mulai menyediakan fasilitas yang memudahkan murid untuk menerapkan aktivitas peduli lingkungan (seperti menyediakan galon isi ulang, tempat pemilahan sampah, kantin bebas kantong plastik, dll).”

Dalam hal ini Kebijakan.co.id, mendata sekolah-sekolah di sekitar Desa terdampak pencemaran Kali Lemahabang menggunakan Google Maps. Kebijakan.co.id juga sudah memohonkan surat wawancara kepada salah satu sekolah di bantaran Kali Lemahabang, namun sampai saat ini surat tersebut belum mendapatkan respon (12/09/2023).

Dalam hal ini Dinas Kesehatan, juga sudah melakukan intervensi kepada kesehatan di sekolah, Alamsyah mengatakan, “Termasuk, ketika di sekolah, (Dinas Kesehatan) melakukan penjaringan di sekolah (melalui Puskesmas) maupun kunjungan UKS (Unit Kesehatan Siswa) dan itu terintegrasi pekerjaannya,” Selain itu, “Di Sekolah itu ada kader kesehatan, ada itu dokter kecil, ada tenaga UKS siswa.”

Selain di dalam kurikulum sekolah, perlu juga pendidikan lingkungan ditanamkan di dalam keluarga atau luar sekolah, menurut Ghina Afifah kepada Kebijakan.co.id (07/09/2023), terkait hal ini, “yang pertama sebetulnya anak-anak harus dipahamkan terkait efek buruk dari lingkungan yang tercemar. (Sehingga menimbulkan pertanyaan) apa yang akan terjadi kedepannya, siapa yang terdampak.”

Selain itu menurut Ghina, “Mereka juga harus dipahamkan, apa yang menyebabkan lingkungan mereka tercemar. Sehingga mereka bisa memulai kegiatan mitigasi.”

Dengan pendidikan seperti itu menimbulkan kesadaran dan budaya bersih sejak dini, yang nantinya berefek jangka panjang, baik itu di masyarakat, pemerintah, maupun perusahaan industri.


“Kesehatan merupakan aspek penting kehidupan, mereka harus menjadi tanggung jawab seluruh pihak. Tidak terkecuali Pemerintah yang memiliki kewenangan besar untuk memelihara kesehatan warganya dari penyakit yang ditimbulkan limbah perusahaan.”

Kebijakan.co.id

Baca Versi PDF-nya: Terancamnya Kesehatan Warga Kali Lemahabang

Baca Serial Liputan Advokatif "Hitam Bau Menahun Kali Lemahabang" Lainnya:

• Hitam Bau Menahun Kali LemahabangTerancamnya Kesehatan Warga Kali Lemahabang
Adi Fauzanto
Diterbitkan: Rabu, 20 September 2023
Pukul: 17.00 WIB
Jurnalis: Adi Fauzanto
Daftar Bacaan:
• Shylma Na'imah (ditinjau Mikhael Yosia), Berbagai Masalah Kesehatan Akibat Pencemaran Air di Indonesia, Hellosehat.com, 23 November 2021 Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Tahun 2018-2022Karinta Ariani Setiaputri (ditinjau Andreas Wilson), Diare, Hellosehat.com, 23 Maret 2023Rizal Fadli, E Coli, Halodoc.comShanta Rezkita dan Kristi Wardani, Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup Membentuk Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar, Jurnal Trirahayu, Vol. 4 No. 2, 2018
Liputan Mendalam

Jangan Muram, Mari ke Pasar Malam


Kebijakan.co.idJurnalisme Foto

Adi Fauzanto-5 Juli 2022 (06.00 WIB)-#9 Foto #7 Paragraf 
Jangan Muram Mari ke Pasar Malam

***

Bekasi, Kebijakan.co.id— Malam dengan pikiran yang tegang dan sepaneng, adalah malam yang panjang. Rehat atau jeda sejenak adalah solusinya.

Mengunjungi tempat yang sekiranya membawa efek melepaskan yang ada, seperti melihat banyak orang tertawa –bagi mereka yang suka keramaian– atau melihat objek dengan tenang, tanpa memikirkan apapun di baliknya, hanya memperhatikan -bagi mereka yang suka kesendirian dan kesunyian.

Pasar malam merupakan salah satu tempat yang kita dapat melihat kumpulan banyak orang tertawa, lampu kelap-kelip di mana-mana, dan tentu hiburan di dalamnya. Inilah salah satu hiburan yang murah dan terjangkau. Meski di dalamnya belum tentu aman –baik itu wahana atau lingkungannya. Salah satunya, motor yang keluar dari lintasan Tong Standkarena kelalaian joki dan minimnya keamanan berbentuk pagar untuk penonton.

Cukup dengan uang parkir dan beberapa ribu untuk wahana, bisa masuk dalam suasana gemerlap industri kebahagiaan, yang secara ekonomi juga membantu para pelapak makanan hingga melanjutkan hidup pekerja wahana. Sesederhana itu, mencari suasana bahagia.

Keadaan bahagia tersebut, menurut penelitian Seligman, dkk. dalam buku Psikologi Positif (2007) terdapat 3 faktor. Pertama, faktor bawaan atau genentik, misalnya keadaan sakit secara fisik atau psikis.

Kedua, faktor lingkungan atau keadaan sekitar, misalnya situasi kehidupan kita -pekerjaan, keuangan, dan keluarga. Ketiga, ialah faktor yang dapat dikendalikan atau kehendak oleh diri sendiri, hal tersebut bergantung kepada karakter diri sendiri.

Pasar malam tentu masuk ke dalam faktor kedua –yaitu lingkungan atau keadaan sekitar– sebab kondisi lingkungan yang hingar bingar dan yang pasti tidak ada tangisan juga kesedihan, hanya ada senyuman dan kebahagiaan terpancar dari raut muka pengunjung dan seisinya.

Selamat datang di Pasar Malam depan pintu gerbang Jatisari Permai, Jatiasih, Kota Bekasi.

Biang lala sedang berputar di Pasar Malam (Jangan Muram, Mari ke Pasar Malam/Adi/Kebijakan.co.id)
Biang Lala sedang berputar di Pasar Malam (Jangan Muram, Mari ke Pasar Malam/Adi/Kebijakan.co.id)
Anak muda bermain wahana bertaruh untuk hadiah gawai di depannya (Bertaruh di Pasar Malam/Adi/Kebijakan.co.id)
Anak muda bermain wahana bertaruh untuk hadiah gawai di depannya (Bertaruh di Pasar Malam/Adi/Kebijakan.co.id)
Pengunjung pasar malam sedang mengantre untuk naik Kora-Kora di Pasar Malam (Kora-Kora Pembawa Gembira/Adi/Kebijakan.co.id)
Pengunjung pasar malam sedang mengantre untuk naik Kora-Kora di Pasar Malam (Kora-Kora Pembawa Gembira/Adi/Kebijakan.co.id)
Seorang 'kepala pemasaran' Tong Stand sedang mengumumkan bahwa sebentar lagi joki Tong Stand akan beraksi
Seorang ‘kepala pemasaran’ Tong Stand sedang mengumumkan bahwa sebentar lagi joki Tong Stand akan beraksi (Pantang Diam, Sebelum Penonton Datang/Adi/Kebijakan.co.id)
Joki atau pembalap Tong Stand sedang mempersiapkan aksinya, dengan menyuarakan motornya
Joki atau pembalap Tong Stand sedang mempersiapkan aksinya, dengan menyuarakan motornya (Sensasi di Atas Tong Stand/Adi/Kebijakan.co.id)
Anak-anak yang sedang bermain trampolin di Pasar Malam
Anak-anak yang sedang bermain trampolin di Pasar Malam (Jatuh Lalu Melompat Lebih Tinggi/Adi/Kebijakan.co.id)
Sepasang sejoli sedang berbincang untuk ikut bertaruh lempar bola di Pasar Malam
Sepasang sejoli sedang berbincang untuk ikut bertaruh lempar bola di Pasar Malam (Melempar Bola dengan Sang Tercinta/Adi/Kebijakan.co.id)
Balon berbentuk cinta yang di jajakan di Pasar Malam dan antrean tiket Biang Lala
Balon berbentuk cinta yang di jajakan di Pasar Malam dan antrean tiket Biang Lala (Ekonomi Pasar Malam/Adi/Kebijakan.co.id)
Spanduk Princess Tong Stand di depan pintu masuk dan pohon yang rimbun disampingnya
Spanduk Princess Tong Stand di depan pintu masuk dan pohon yang rimbun di sampingnya (Kebahagiaan Pasar Malam/Adi/Kebijakan.co.id)
Fotographer Adi Fauzanto
Diterbitkan: Minggu, 05 Juli 2022 
Pukul: 06.00 WIB
Fotographer: Adi Fauzanto  
Lokasi :      
•  Pasar Malam Jatisari, Jatiasih, Kota Bekasi
Kamera :
• Handphone
Edit :
• Snapseed
Daftar Bacaan :
• Iman Setiadi Arif. 2007. Psikologi Positif, Pendekatan Saintifik Menuju Kebahagiaan. Penerbit Gramedia: Jakarta
TV One. 2022. Pertunjukan Atraksi Tong Setan di Jember Makan Korban, Empat Terluka. YoutubeTV One. 2022. Belasan Bocah Jadi Korban Atraksi Tong Setan. Youtube (Video dapat menggangu kenyamanan anda)