
Dengan perpindahan penduduk yang begitu cepat, membutuhkan transportasi yang cepat. Selain karena tidak adanya transportasi publik yang memadai –baik secara kualitas atau kuantitas-, kendaraan pribadi merupakan pilihan yang pasti.
Disaat penduduk di kota memilih kendaraan pribadi, karena tak memadainya transportasi publik, permintaan akan kendaraan pribadi meningkat. Pertumbuhan penduduk, baik karena kelahiran atau urbanisasi dari desa ke kota meningkat untuk mencari pekerjaan. Menyebabkan semakin padat kota tersebut.
Kepadatan kota tersebut, terkadang disertai ketidaksiapan menampung arus perpindahan penduduk yang cepat. Jalan yang sempit. Jalan yang sempit ditambah kepadatan penduduk dengan kendaraan pribadi yang masif, menyebabkan kemacetan.
Menurut Inrix sebuah lembaga riset swasta yang berfokus pada lalu lintas mengeluarkan laporan Global Traffic Scorecard tahun 2021. Laporan yang menunjukan analisa lalu lintas di kota-kota terpadat di dunia. Inrix menempatkan 5 kota besar di Indonesia dalam laporan tersebut.
Pertama, Kota Surabaya, kota yang ditempati arek suroboyo merupakan kota bisnis sekaligus ibu kota provinsi Jawa Timur, menempati urutan 41 –semakin kecil semakin buruk- Kota dengan lalu lintas terpadat atau macet. Urutan tersebut memburuk dari laporan tahun 2020 yang berada di urutan 361.
Kedua, Ibu Kota Negara Indonesia, DKI Jakarta, sebagai ibu kota juga pusat bisnis di Indonesia, sudah bisa dipastikan, kota ini merupakan langgan macet. Dalam laporan tersebut Jakarta menempati urutan 225, lebih baik dari tahun sebelumnya yang menempati urutan ke-55.
Ketiga, dari jantung pariwisata Indonesia, Denpasar, sebuah kota di ujung selatan pulau Bali. Menempati urutan 291 kota termacet didunia. Urutan tersebut membaik dari tahun sebelumnya yang menempati urutan 142.
Keempat, dari kota pendidikan di Indonesia, yang memiliki banyak kampus dan sekolah, yaitu Kota Malang. Menempati urutan 334 kota dengan lalu lintas terpadat, membaik dari tahun sebelumnya diurutan 46.
Terakhir, yang kelima, dari kota hujan Indonesia, kota Bogor. Menempati urutan 821 kota termacet, kondisi ini membaik dari laporan tahun sebelumnya diurutan 1014.
Kelima kota yang terindex Inrix memang belum menggambarkan keseluruhan kota Indonesia, yang nyatanya lalu lintas cukup padat. Seperti Kota Semarang, Yogyakarta, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, tidak terkecuali Kota Bekasi –yang seharusnya lebih parah dari kondisi Kota Jakarta.
Dalam liputan Kebijakan.co.id berjudul Tata (Buruk) Kota Bekasi, kemacetan disebabkan ketidaksiapan antara pembangunan perumahan yang banyak menampung perumahan –disertai kendaraan pribadinya- dengan pembangunan jalan akses keluar yang sama, menyebabkan penyumbatan dimana-mana.


Daftar Bacaan: • Inrix. 2021. Global Traffic Scorecard. • Adi. 2022. Tata (Buruk) Kota Bekasi. Kebijakan.co.id, 27 Mei